Senin, 12 Mei 2014


BAB I

PENDAHULUAN


Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam menangani permasalahan tersebut. Pada masa ini juga kondisi psikis remaja sangat labil. Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru dilihat atau diketahuinya dari lingkungan sekitarnya, mulai lingkungan keluarga, sekolah, teman sepermainan dan masyarakat. Semua pengetahuan yang baru diketahuinya baik yang bersifat positif maupun negatif akan diterima dan ditanggapi oleh remaja sesuai dengan kepribadian masing-masing. Remaja dituntut untuk menentukan dan membedakan yang terbaik dan yang buruk dalam kehidupannya. Disinilah peran lingkungan sekitar sangat diperlukan untuk membentuk kepribadian seorang remaja.
Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor lingkungan yang memadai Yuyun (2011).Lemahnya emosi seseorang akan berdampak pada terjadinya masalah dikalangan remaja, misalnya bullying yang sekarang kembali mencuat di media.Akhir-akir ini kasus akibat kekerasan di sekolah makin sering ditemui baik melalui informasi di media cetak maupun yang kita saksikan di layar televisi.Selain tawuran antar pelajar sebenarnya ada bentuk-bentuk perilaku agresif atau kekerasan yang mungkin sudah lama terjadi di sekolah-sekolah, namun tidak mendapat perhatian, bahkan mungkin tidak dianggap sesuatu hal yang serius.Misalnya bentuk intimidasi dari teman-teman atau pemalakan, pengucilan diri dari temannya, sehingga anak jadi malas pergi ke sekolah karena merasa terancam dantakut, sehingga bisa menjadi depresi tahap ringan dan dapat mempengaruhibelajar di kelas.
Budaya bullying (kekerasan) atas nama anak senior masih terus terjadi di kalangan peserta didik. Karena meresahkan, pemerintah didesak segera menangani masalah ini secara serius. Bullying adalah suatu bentuk kekerasan anak (child abuse) yang dilakukan teman sebaya kepada seseorang (anak) yang lebih ‘rendah’ atau lebih lemah untuk mendapatkan keuntungan atau kepuasan tertentu. Biasanya bullying terjadi berulang kaliPelaku bullying dalam beberapa kasus merupakan korban dari tindakan para senior sebelumnya.berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan peserta didik disebabkan kurangnya pemahaman anak terhadap nilai diri yang positif sehingga berdampak pula pada kurangnya pemahaman moral atau nilai yang di terimanya, seperti akrab dengan kekerasan, kebohongan,dan sebagainya yang merupakan perilaku negatif.
Dalam bertindak, bukan berarti anak tidak tau apa yang dilakukan salah tapi pemahaman baik buruk anak masih mengacu pada suatu tingkah laku benar bila tidak dihukum dan salah bila dihukum pemahaman anak yang berdasarkan perilaku baik tidak dihukum dan buruk dihukum termasuk dalam pemahaman moral yang pra-konvensional.Seorang anak yang memiliki pemahaman moral yang tinggi, maka kecenderungan melakukan tindakan yang melanggar norma seperti mengejek, memukul, menendang temannya lebih rendah. Hal ini berkaitan dengan pemahaman moral bahwa hal-hal tersebut merupakan tindakan yang tidak baik dan melanggar moral.semakin seorang individu memiliki tingkat pemahaman moral yang tinggi akan mengurangi perilaku menyimpang.









1.      Apa yang dimaksud dengan bullying ?
2.      Bagaimana bentuk perilaku bullying ?
3.      Bagaimana dampak dari bullying ?
4.      Bagaimana cara mengatasi bullying ?

Tujuan penulisan karya ilmiah secara umum adalah sebagai penunjang dan melengkapi persyaratan tugas untuk mata kuliah Penulisan Karya Tulis Ilmiah Sedangkan tujuan khusus pembuatan laporan ini adalah :
1.      Untuk mengetahui apa pengertian dari bullying.
2.      Untuk mengetahui bentuk perilaku bullying yang terjadi di lingkungan sekolah.
3.      Untuk mengetahui dampak dari bullying.

Manfaat penulisan laporan ini adalah :
1.      Sebagai referensi bacaan untuk para pembaca .
2.      Sebagai pengetahuan terhadap pembaca.








BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


Menurut Alexander (dikutip Sejiwa, 2008.10 dalam Widiharto 2008.3) menjelaskan bahwa bullying adalah masalah kesehatan publik yang perlu mendapatkan perhatian karena orang-orang yang menjadi korban bullying kemungkinan akan menderita depresi dan kurang percaya diri. Penelitian-penelitian juga menunjukkan bahwa peserta didik yang menjadi korban bullying akan mengalami kesulitan dalam bergaul.
Bullying berasal dari bahasa Inggris (bully) yang berarti menggertak atau mengganggu. banyak definisi tentang bullying ini, terutama yang terjadi dalam konteks lain ( tempat kerja, masyrakat. komunitas virtual),Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001).
Bullying secara sederahan diartikan sebagai penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya (Suryanto, 2007.1 dalam Widiharto.2)
Berdasarkan data yang didapat dalam sebuah penemuan internasional dikatakan 59 persen siswa di Indonesia yang disurvey melaporkan bahwa siswa tersebut mendengar ejekan yang menyakitkan hati dan perasaannya setiap harinya di sekolah sehingga merasa enggan atau malas untuk datang ke sekolah lantaran trauma dan 10% sampai 16% siswa di Indonesia yang disurvey melaporkan bahwa siswa tersebut telah diejek, diolok-olok, dikucilkan, dipukul, ditendang, atau didorong setidaknya sekali dalam setiap minggunya di sekolah. (Huneck, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan oleh seorang psikolog bernama A. Kasandra Putranto pada seminar yang diadakan di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta pada tanggal 21 November 2012 lalu, menunjukkan bahwa dari 353 siswa yang dijadikan sampel penelitian, tindak bullying yang pernah dialami oleh mereka merupakan tindak bullying dalam klasifikasi fisik dan psikis. Bullying tersebut 33% disebabkan karena siswa kesulitan dalam bergaul dan 26% disebabkan karena fisik yang kecil/ lemah dan cacat. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan dampak yang ditimbulkan oleh aksi bullying membuat 55% siswa merasa tertekan dan gugup, sedangkan 37% siswa mengalami kekurangan dalam berkonsentrasi. Dalam penelitian tersebut, ditunjukkan pula bahwa 36% korban bullying membalas tindak bullying yang mereka terima ( Koebler, Jason. 2011 ).
Menurut Ratna (dalam Juwita, 2008, h.2) selaku ketua peneliti kekerasan bullying yang hasilnya diumumkan di seminar nasional ketiga anti-bullying yang digelar di Hotel JW Marriott,  meningkatnya kasus bullying di kalangan remaja disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya melibatkan peran media massa, yaitu begitu banyaknya film yang selalu menampilkan adegan kekerasan.

















BAB III

METODE PENELITIAN


Menurut Prof. Heru (2006) Observasi adalah Aktivitas yang dilakukan seseorang terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya,untuk mendapatkan informasi-informasi yanf dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.

Menurut Sugiyono ( 2003:II ) Deskriptif Kualitatif         : Prosedur penelitian berdasarkan data deskriptif ,yaitu berupa lisan atau kata tertulis dari seseorang subjek yang telah diamati dan memiliki karakteristik bahwa data yang tidak diubah serta menggunakan cara yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaranya.

BAB IV

PEMBAHASAN


Pengertian Bullying memiliki batasan cukup luas ,tak sekedar tindakan kekerasan fisik.Bullying berasal dari kata “bully”,yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya ancaman yang dilakukan seseorang terhadap orang lain. Selain gangguan fisik,korban bullying juga akan mengalami gangguan psikis,berupa stres,karena bullying biasanya berlangsung dalam waktu yang lama.
Dengan demikian, bullying pada hakikatnya adalah “ tindakan menggunakan kekuatan ataupun kekuasaan, untuk melukai seseorang maupun kelompok, secara fisik, mental, serta verbal, sehingga menyebabkan korbanya merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya”. Maka berlangsungnya bentuk kekerasan ini dalam dunia pendidikan,yang diakui atau tidak hingga kini masih saja terus terjadidi negeri kita, jelas merupakan pelanggaran Hak Anak secara kasat mata, sehingga mesti segera diakhiri.
Pendidikan sebagaimana diketahui, adalah paduan dari kata education. Education sendiri berasal dari kata “educare”, yang berarti ‘mendorong keluar’atau ‘memunculkan sesuatu dari dalam’. Dengan demikian pendidikan pendidikan sesungguhnya tidaklah identik dengan proses memasukkan sesuatu dari luar ke dalam, melainkan justru sebaliknya proses memunculkan sesuatu dari dalam ke luar.
Secara garis besar bullying dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk agresivitas,yakni :
·         Agresivitas Fisik
Misalnya : memukul, mencakar, mencubit, menjabak, menendang, merusak barang,memeras, melakukan pelecehan,dll
·         Agresivitas Emosional
Misalnya   : mengancam, menakut-nakuti, menggertak, mempermaikankan, dll
·         Agresivitas Verbal
Misalnya : mengejek, menghina, mengolok-olok, memaki, merendahkan, mengitimidasi dll
·         Agresivitas Non Verbal
a.       Langsung
Misalnya : memandang secara sinis, menibir, menampakkan ekspresi wajah menghina atau merendahkan, dan lain-lain.
b.      Tak langsung
Misalnya : tak memedulikan, menyikapi dengan cuek, mendiamkan, mengabaikan, mengucilkan, menelantarkan, mengirimi surat-kaleng,dan lain-lain.
Adanya Bullying antar anak ,biasanya terjadi pada anak usia sekolah. Para pelaku umumnya memiliki sifat berani, tidak mudah takut, dan punya motif dasar tertentu, yakni agretivitas, rasa rendah hati, dan kecemasan. Jadi bullying menjadi bentuk “ mekanisme pertahanan diri” yang digunakan pelaku untuk menutupi perasaan rendah dirinya sendiri.
Para korban bullyimg umumnya bukanlah pemberani, memiliki rasa cemas, dan rendah diri, yang menjadikan mereka sebagai korban tindak kekerasan ( Ramdan, Dadan Muhammad. 2008 ). Akibat mendapat perlakuan ini,korban pun memiliki rasa dendam,untuk suatu ketika akan mebalasnya terhadap individu lain. Sehingga bukan tak mungkin korban bullying akan menjadi pelaku bullying pada anak lain yang ia pandang sesuai dengan tujuannya,yaitu guna mendapat kepuasan dengan cara membalas dendam. Ada proses belajar yang sudah ia jalani, dan ada dendam yang tak terselesaikan.siswa korban “bullying” akan mengalami permasalahan kesulitan dalammembina hubungan interpersonal dengan orang lain dan jarang datang ke sekolah. Akibatnya, mereka (korban bullying) ketinggalan pelajaran dan sulit berkonsentrasi dalam belajar sehingga hal tersebut mempengaruhi kesehatan fisik dan mental baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Beberapa hal yang bisa menjadi indikasi awal bahwa anak mungkin sedang mengalami “bullying” di skolaholeh bullying, tidak menyadari dampak bullying yang merusak kegiatan belajar siswa, serta tida ada campur tangan secara efektif dari sekolah.
Penyebab terjadinya bullying tak jarang dikaitkan dengan adanya tindak kekerasan yang dialami oleh pelaku di masa sebelumnya, itu terjadi di rumah maupun di dekolah, yang dilakukan baik oleh orangtua maupun para guru. Demikian pula pengaruh budaya kekerasan di telivisi dan flim. Kata-kata kunci untuk mengakhiri rangkaian tindakan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di rumah,tak lain adalah “ STOP KEKERASAN” artinya kkersan harus diakhiri dalam semua bidang kehidupan di lingkungan atau pun sekolah.
Di samping itu cara mengatasi bullying yang terjadi di kalangan remaja Pencegahan agar anak tidak menjadi pelaku bullying, Cara menghimbau para orang tua untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak sejak dini.Ajarkan anak untuk memliki rasa empati, menghargai orang lain, dan menyadarkan sang anak bahwa dirinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Masyarakat mendesak pemerintah agar memiliki program yang tegas, jelas dan terarah, kalau kita diam saja, maka itu sama saja dengan melegalkan tradisi dendam di sekolah tersebut. Dan merupakan bahaya yang akan kerap menghantui para siswa sekolah, baik pada generasi ini, dan pada generasi mendatang.Untuk mengatasi dan mencegah masalah bullying diperlukan kebijakan yang bersifat menyeluruh di sekolah, sebuah kebijakan yang melibatkan komponen dari guru sampai siswa, dari kepala sekolah sampai orang tua murid ,kerja sama antara guru,orang tua dan masyarakat atau pihak lain yang terkait seperti kepolisian, aparat hukum dan sebagainya. sangat diperlukan dalammenangani masalah ini.
Peran orang tua di rumah harus mampu menciptakan komunikasi yang baik dengan anak-anak dan membekali anak dengan pemahaman agama yang cukup dan menanamkan ahlakul karimah yang selalu dilaksanakan di lingkungan rumah, karena anak akan selalu meniru perilaku orangtua. Pemberian teladan kepada anak akan lebih baik dari memberi nasihat.Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh sekolah ialah membuat sebuah program anti bullying di sekolah bullying akan terus terjadi di sekolah-sekolah, apabila orang dewasa tidak dapat membina hubungan saling pecaya dengan siswa, tidak menyadari tingkah laku yang masuk tindakan bullying, tidak menyadari luka yang disebabkan oleh bullying, tidak menyadari dampak bullying yang merusak kegiatan belajar siswa, serta tida ada campur tangan secara efektif dari sekolah.






BAB V
PENUTUP

Kesimpulan


Bullying dalam pendidikan sebenarnya sudah lama ada dalam bentuk kekerasan fisik, verbal dan psikologis, kekerasan yang menyakiti seseorang sehingga menimbulkan penderitaa, kecacatan bahkan sampai kematian. Bullying dalam bentu verbal seperti ejekan, penghinaan, atau menggosipka, bullying dalam bentuk psikologis sepeti intimidasi, mengucilkan, mendiskriminasikan.
 Dampak dari bullying sangat merugikan penderitaaan misalnya anak mengalami trauma besar dan depresi yang akhirnya bisa menimbulkan gangguan mental di masa yang akan datang, dan anak tidak mau pergi ke sekolah, hilang konsentrasi sehingga prestasinya menurun drastis. Pelaku bullying ini bukan hanya siswa yang merasa lebih kuat atau lebih senior, tapi kenyataannya banyak dilakukan oleh guru–guru yang mereka tidak menyadari bahwa perlakuannya menimbulkan penderitaan bagi siswa. Untuk mengatasi masalah konseling sangat dibutuhkan. Konselor bekerja sama dengan orang tua ,masyarakat, kepoilsian dan penegak hukunm untuk memberi pengertian kepada para pelajar dan mahasiswabahwa bullying sangat merugikan.








DAFTAR PUSTAKA

Alexander dikutip Sejiwa,2008.10 dalam widiharto 2008.2 Bullying dan Peserta didik.
Oakley.1999:156.30 Oktober 2010 Penelitian Kuantitatif
http://www. blogs.peneltiankuantitatif.Devania annesya.com
Prof.Heru. 2006.observasi.Penerbit: PT.Remaja Rosdakarya
Ramdan, Dadan Muhammad. 2008. Inilah Catatan Kasus Kekerasan di Sekolah. Available at:http://okezone.com/Bullying/inilah-catatan-kasus-kekerasan-di-sekolah.htm
Ratna Djuwita, (2008). Bullying: Kekerasan Terselubung di Sekolah.
http://www.anakku.net, 20 Nopember 2013.

Riauskina,Djuwita dan Soesetro (2001). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta : Bumi Aksara
Sugiyono. 2003. Deskriptif Kualitatif. Perencanaa Pembelajaran. Bandung. Penerbit: PT.Remaja Rosdakarya.
Suryanto,2007.1 dalam Widiharta.2 Bullying dan Peserta didik.
Yuyun. 2011. Masalah Kesehatan Mental Remaja di Era Globalisasi. Available at:http://blogs.unpad.ac.id/yuyun71/Bullying/KesehatanMental_blognyayuyun.htm